Halaman

Me

Me
'tcaro'

Sabtu, 02 Maret 2013

10 Faktor Pendukung Kecerdasan Anak

Ketahui dan Kembangkan 10 Faktor Pendukung Kecerdasan Anak

Membentuk anak cerdas yang mempunyai otak berkualitas,tampaknya bukan hal yang sulit. Dalam hal ini, peran orangtua sangat diperlukan untu kmengoptimalkan kecerdasan buah hatinya. Perlu diketahui bahwa perkembangan otak anak tidak hanya tergantung pada faktor genetik, banyak hal lain yang lebih mendukung anak menjadi pintar.
Faktor – faktor pendukung kecerdasan anak itu dapat diasah dan dibentuk dari dalam diri anak atau dan hasil didikan orang tua.

FaKtor – FaKtor Pendukung Kecerdasan Anak, yaitu :

1. Motivasi
Orangtua harus dapat memotivasi atau memberi semangat kepada anak agar mereka mau belajar.Tanpa hal tersebut, anak akan menjadi pribadi mudah menyerah dan putus asa sehingga anak menjadi malas untuk belajar.

2. IQ (Intelectual Quotient)
Kemampuan seorang anak untuk belajar rnenggunakan kepintaran otak kiri dan kanannya dikenal dengan istilah IQ.Setiap anak mempunyal IQ yang berbeda tergantung dari latihan – latihan dan kemampuan otaknya untuk rnenyerap pelajaran yang masuk.

Meningkatkan Efektifitas Dalam Belajar

Cara Meningkatkan Efektifitas Dalam Belajar

Bagaimana cara meningkatkan efektifitas kita dalam belajar?
 
1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.
 
2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.
 

KELOMPOK


A. Pengertian Beberapa Jenis Kelompok


1. Kelompok
Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan
saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai tujuan
tertentu.

2. Kelompok Formal
Kelompok formal adalah kelompok kerja bentukan yang
didefinisikan oleh struktur oraganisasi dengan penugasan kerja
yang sudah ditentukan. Perilaku-perilaku yang harus ditunjukan di
dalam kelompok ini ditentukan dan diarahkan ke sasaran
organisasi.

3. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah kelompok yang tidak terstruktur formal
dan tidak ditentukan oleh oraganisasi, dan terjadi karena respons
terhadap kebutuhan akan hubungan sosial. Kelebihannya adalah
kelompok ini bisa memenuhi kebutuhan sosial anggotanya yang
dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja anggotanya itu.

PENGEMBANGAN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN PROFESI

PENGEMBANGAN KOMPETENSI  MELALUI PENDIDIKAN PROFESI

Satryo Soemantri Brodjonegoro
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi



LANDASAN  HUKUM

•    Pasal 15 : Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
•    Penjelasan pasal tsb : Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

LANDASAN HUKUM (2)

•    Pasal 20 ayat (3) : Perguruan Tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan/atau vokasi.
•    Pasal 20 ayat (4) : Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Kamis, 28 Februari 2013

EMPATI

Jika empati diartikan secara harfiah bahwa dengan berempati, seseorang masuk ke dalam diri orang lain dan menjadi orang lain agar bisa merasakan dan menghayati orang lain, maka timbul penilaian bahwa mustahil orang tersebut bisa melakukannya tanpa melepaskan diri dari dirinya sendiri, sehingga terdapat aku yang ada dan aku yang keluar dan menjadi orang lain. Hal tersebut pun mustahil jika terjadi dalam keadaan biasa karena jika sampai terjadi berarti ada pembelahan diri (splits personality; schizophrenia) yang justru menjadi tanda adanya hambatan yang serius di dalam kepribadian seseorang (Gunarsa Singgih, 1992, hal.71).
Di pihak lain, empati justru dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam usaha mengenali, memahami, dan mengevaluasi orang lain karena dimungkinkan seseorang itu masuk dan menjadi sama dengan orang lain. Dengan berempati, seseorang bisa benar-benar merasakan dan menghayati orang lain termasuk bagaimana seseorang mengamati dan menghadapi masalah dan keadaannya (Gunarsa Singgih, 1992, hal.71).

A. Definisi

1.    Empati suatu istilah umum yang dapat digunakan untuk pertemuan, pengaruh dan interaksi di antara kepribadian-kepribadian. “ Empati ” merupakan arti dari kata “einfulung” yang dipakai oleh para psikolog Jerman. Secara harfiah ia berarti “merasakan ke dalam”. Empati berasal dari kata Yunani “pathos”, yang berarti perasaan yang mendalam dan kuat yang mendekati penderitaan, dan kemudian diberi awalan “in”. Kata ini paralel dengan kata “ simpati “. Tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Bila simpati berarti merasakan bersama dan mungkin mengarah pada sentimentalitas, maka empati mengacu pada keadaan identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang, sedemikian sehingga seseorang yang berempati sesaat melupakan/ kehilangan identitas dirinya sendiri. Dalam proses empati yang mendalam dan misterius inilah berlangsung proses pengertian, pengaruh dan bentuk hubungan antar pribadi yang penting lainnya
2.    George & Cristiani (1981), empati adalah kemampuan untuk mengambil kerangka berpikir klien sehingga memahami dengan tepat kehidupan dunia dalam dan makna-maknanya dan bisa dikomunikasikan kembali dengan jelas terhadap klien. Dengan berempati, memungkinkan konselor untuk mendengar dan bereaksi terhadap kehidupan perasaan klien, yakni : marah, benci, takut, menentang, tertekan, dan gembira.

Menjadi Sukses


Adapun esensi dari kesepuluh kebiasaan pribadi sukses ini adalah:


1. Berusaha Mencapai Keunggulan: usaha yang terus-menerus untuk meraih prestasi dalam hidup pada tiga bidang utama: konsisten meningkatkan kualitas iman dan hubungan kepada Allah SWT, konsisten meningkatkan kualitas profesionalisme, spesialisasi, produksi, kapabilats dan efektifitas dalam kerja dan profesi Anda dan konsisten dalam meningkatkan kualitas hubungan-hubungan positif Anda dengan orang lain.

2. Menentukan Tujuan: menentukan tujuan-tujuan hidup Anda (tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek).

3. Perencanaan: menetapkan tujuan-tujuan Anda dalam program-program kerja dan jangka waktu tertentu (timing) yang bisa dijalankan.